Bagi Gen Halilintar, memiliki banyak anak bukanlah musibah, melainkan anugerah. Bagi mereka, setiap anak sudah dibekali dengan rejeki sendiri-sendiri oleh Allah. Mereka tidak pernah khawatir karena yakin Allah menitipkan 11 anak bukan tanpa alasan.
Gen Halilintar, sebutan ini adalah bagi pasangan Lenggogini Faruk dan Halilintar Anofial Asmid yang memiliki 11 anak. 6 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Mereka adalah Muhammad Atta Halilintar (Atta), 19th ; Sohwa Mutammima Halilintar (Sohwa), 18th ; Sajidah Mutamimah Halilintar (Sajidah), 17th; Muhammad Thariq Halilintar (Thariq), 16th; Abqariyyah Mutammimah Halilintar (Abqariyyah), 14th ; Muhammad Saaih Halilintar (Saaih), 12th ; Siti Fatimah Halilintar (Fatim), 11th; Muhammad Al Fateh Halilintar (Fateh), 9th ; Muhammad Muntazar Halilintar (Muntaz), 6th ; Siti Saleha Halilintar (Saleha), 4th; dan Muhammad Shalaheddien El-Qahtan Halilintar (Qahtan), 2th.
Halilintar Anofial Asmid semasa muda suka berpetualang, Malaysia dan Uzbekistan disinggahi seorang diri. Banyak ilmu tentang kehidupan ia dapatkan dari sana. Selama di Uzbekistan ia menjadi tahu bahwa ternyata negara tersebut melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar. Ibnu Batutah, Aljabar, Ibnu Sina, para cendekiawan, penemu ilmu atom, perbintangan, dll. lahir dari sana. Halilintar muda heran bagaimana mereka bisa menjadi sehebat itu. Dan dia pun mencari kunci sukses mereka.
Pulang ke Indonesia, Halilintar menikahi Gen, teman kuliah di UI. Kala itu Halilintar memasuki tahun ke empat jurusan elektro, sedang Gen tahun kedua jurusan ekonomi. Mereka berasal dari satu daerah, Riau.
Sejak menikah, Gen Halilintar mulai menjalankan bisnis. Berbagai negara mereka singgahi. Bahkan menurut Gen, hampir mencapai seratus negara, lima benua.
Di Perancis, mereka membuka butik dan kafe, di Australia ada usaha peternakan kambing yang luasnya setara kompleks UI. Menurut Gen, orang-orang dahulu sukses berkelana. Vasco Da Gama, Cheng Ho keliling dunia bukan dengan tangan hampa, tetapi membawa barang dagangan.
Lenggogeni Faruk, karena bisnis usahanya yang mengharuskan berpindah-pindah, maka 4 anak diantaranya lahir di negara yang berbeda-beda, karena dalam keadaan hamil besar pun Gen tetap bepergian dengan pesawat. Thariq lahir saat transit di Brunei, Abqarriyah lahir saat transit di Jordania, Saaih lahir saat singgah di Pulau Labuhan Malaysia, dan Fateh lahir di Kualalumpur.
Pendidikan Yang luar biasa dari Gen, meskipun menjalankan tugas sebagai ibu dan menjalankan bisnis serta membawa bersama dengan semua anaknya tanpa ada pembantu maupun baby sitter, ia mampu menyelesaikan Ph. D di universitas Selangor Malaysia. Sedang Halilintar kini adalah calon doktor, juga di Malaysia.
Tentang pendidikan bagi anak, Gen Halilintar memliki metode sendiri. Beberapa anak diantaranya memang mengenyam pendidikan formal setingkat SMP. Tetapi sebagian besar diterapkan pendidikan homeschooling plus. Anak-anak tetap diharuskan belajar selama dalam perjalanan bisnis kemana pun, seminggu penuh. Menurut Gen, memberi pelajaran saat didalam mobil lebih mudah diserap dan lebih fokus. Bukan hanya soal akademis, tapi juga non akademis, dan bisnis.
Hasilnya, anak pertama mereka, Atta sejak SD sudah bisa berdagang kerajinan, pop corn dan sandwich yang dijual kepada teman-temannya di sekolah.. Saat kelas 5 bisa membantu ayahnya memasarkan produk provider komunikasi. Menginjak usia 12 tahun berjualan gadget secara online. Tahun berikutnya jual-beli mobil, sampai-sampai konsumen tidak percaya kalau yang menawarkan mobil kepadanya adalah anak usia 13 tahun. Kini Atta juga mempunyai usaha operator tour.
Anak kedua, Shohwa memiliki usaha bidang fashion dan usaha kuliner. Ide usaha muncul selama melakukan perjalanan.
Di Jakarta, keluarga Gen Halilintar tinggal di rumah besar bertingkat tiga di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan. Rumah terdiri banyak kamar, ruangan untuk gudang dan tempat menjalankan bisnis. Ruang keluarga dijadikan multi fungsi, selain tempat bercengkerama, dipakai untuk makan bersama, shalat berjamaah, dan sebagai ‘laboratorium ‘ untuk belajar bisnis atau tempat pelatihan kerja.
Tiap petang, ruangan itu digunakan shalat magrib berjamaah, dilanjutkan tadarus al-qur’an, sehingga suara orang mengaji terdengar ramai disana.
Dalam keseharian perilaku anak sangat menghormati orang tua mereka, pun sesama anak sopan dalam berbicara, biarpun yang tua kepada yang lebih muda.
Dalam hal urusan tugas rumah, seluruh anak sudah dibiasakan untuk mandiri dan menjalankan tugas seperti management hotel. Ada yang berperan sebagai chef, laundry, house keeping dan operator lain.
Menerbitkan buku. Jangan heran, Buku karya Gen berjudul “Kesebelasan Gen Halilintar” adalah merupakan hasil karya satu keluarga. Gen sebagai penulis, Sohwa menjadi editor, layout-nya dirancang Atta.
Beberapa halaman dalam buku tersebut dipaparkan pandangan anak-anak tentang ayah mereka:
Fatim : “My father adalah orang bertakwa, orangnya care, dan omongannya yang baik-baik semata. Lukcy banget punya father kayak gini ”
Fateh : “He is like a holy man. But he is cool and he always make us remember God and the prophet. He always remind us of God, told us about the prophet, and his companions.”
Mumtaz : ” He is like teacher, he is only angry if we do bad and he did that because he wanted to save us”
Qahtan : ” Daddy my super hero !”
*** Kisah Gen Halilintar sangat menginspirasi, semoga kita juga bisa menjadi pebisnis sukses, baik dalam kehidupan rumah tangga dan keluarga. Dan yang pasti, jangan takut punya banyak anak.